Home | Posts RSS | Comments RSS | Login

Kita semua pernah melakukan kesalahan

Sunday, May 31, 2009

assalamualaykum ya akhi ya ukhti

Perpecahan itu akan timbul dan ukhuwah akan terputus, apabila kita saling tidak mau menyadari tentang keterbatasan diri kita, apabila kita tidak mau berbaik sangka terhadap sesuatu yang tampak pada saudara kita, dan apabila kita tidak memberlakukan satu sama lain di antara kita untuk saling memahami kekurangan-kekurangan kita. Sesungguhnya kita sebagai manusia, kita pasti pernah melakukan kesalahan, karena kita bukan orang-orang yang maksum, bukan orang-orang yang terjaga dari dosa.

Karena itu ketika kita melihat suatu kesalahan saudara dan kita harus menyiapkan diri kita untuk bersabar untuk menghadapinya agar terjaga kelangsungan ukhuwah kita. Sahabat, barang siapa yang hanya berkenan bersahabat kepada orang yang tidak pernah melakukan kesalahan, maka sebaiknya dia bersahabat dengan makhluk lain selain manusia. Atau sebaiknya dia memutuskan untuk tidak banyak kawan dan banyak musuh. Seorang imam yang merupakan panutan banyak ulama yaitu abu rodja bin huwai, barang siapa yang tidak bersaudara kecuali kepada orang yang tidak memiliki aib maka kawannya sangat sedikit, barang siapa tidak ridho dengan saudaranya kecuali dengan keikhlasan kepadanya, maka kebenciannya tidak pernah berakhir dan barang siapa memaki saudaranya tiap dosa maka musuhnya sangat banyak.

Sahabatku, semoga kita senantiasa memahami bahwa kita berbeda, memahami bahwa setiap manusia pernah berbuat salah, memahami bahwa setiap manusia tidak mempunyai kesempurnaan secara hakiki. Sesungguhnya adalah awal dari kesadaran diri untuk bisa memahami orang lain dan sungguh sifat seperti ini akan dapat memperteguh nilai-nilai persaudaraan kita dengan orang lain, walau orang itu mempunyai kesalahan dalam hidupnya. Jikalau kita ingin tetap bersaudara jangan jauhi mereka yang berbuat salah, tapi dekatilah mereka. Sebab semakin banyak kita menjauhi, maka sesungguhnya mereka tetap akan melakukan kesalahan. Namun dekatilah mereka agar kita mampu menasihatinya inilah prilaku yang arif dan bijaksana. Inilah yang perlu kita lakukan kepada saudara kita, semoga ini kita tetap bisa menjaga ukhuwah sesama muslim..amien



Maukah aku menikahiku?

Thursday, May 21, 2009
Assalamualaykum warrahmatullahi wabbarakatuh

Beberapa hari yang lalu ada saudara sms ke aku yang intinya sms itu beriarasi begini “bantuin aku dunk, suamiku itu males sekali sholatnya”. Waktu itu terima smsnya pas aku mau melaksanakan sholat Ashar, nanti aja aku pikir sehabis sholat atau pas waktu luang aku balas smsnya.
Tapi aku kelupaan he he, baru jelang adzan magrib aku teringat sms itu. Teringat dengan si pengirim sms, dan aku sedikit tau tentang dia bahwa sebenarnya dia juga masih angot-angotan sholatnya, masih suka menunda-nunda sholatnya. Pernah waktu itu dalam perjalanan pulang dari suatu tempat dan waktu itu kita belum melakukan sholat Ashar, sesampai di rumah jam sudah menunjukkan pukul 17:10, tapi aku perhatikan diapun tidak segera melakukan kewajibannya.

Kembali ke sms tadi, singkat aku tulis sms balesanku kepadanya “ada kalimat bijak yg mungkin kau hrs renungi & nanti tanya kepadaku jika kau tdk mengerti, kalimat itu :maukah aku menikahiku? ..setelah itu aku kirim sms itu.

Selepas aku melaksanakan sholat magrib aku terima balesan sms dari dia “aku tidak mengerti kalimat ini? “ aku pun membalas sms itu, karena aku belum berkeinginan untuk menelpon dia langsung untuk menjelaskannya. Aku ingin ada sesi khusus berbicara langsung dengan dia untuk menjawab permasalahan yang dia hadapi saat ini, sekalian menjelaskan maksud dari kalimat itu. Kemudian aku balas sms itu “he he he insyaAllah nanti aku jelaskan ketika kita bertemu, sekarang perbaiki saja dulu sholat kita sendiri, kembali ke jalan Allah, insyaAllah nanti Allah memberikan hidayah-petunjuk olehNya dan mengabulkan doa kita”

Hmm mungkin temen-temen pembaca sudah mengerti maksud kalimat itu “maukah aku menikahiku?” atau mungkin kalimat lain yang mempunyai makna hampir sama seperti “maukah bersediakah aku menjadi temanku?


Iman yang naik turun

Sunday, May 17, 2009
Assalamualaykum warrahmatullahiwabarakatuh

Jika kita termasuk orang yang diberikan petunjuk olehNya, tentu akan merasakan nikmatnya mempunyai iman. Dan selain merasakan nikmatnya, juga tentu akan merasakan risaunya ketika iman itu sedang turun, serta merasakan betapa Allah sedang menguji keimanan kita.

Allah berfirman : "(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram” (QS 13 Ar-Rad 28)

Hati kita yang beriman senantiasa akan di bolak-balik oleh Allah sebagai ujian buat kita. Oleh karena itu kita selalu harus menjaga iman ini tetap ada di hati.

Dalam sebuah hadis disabdakan bahwa al-iimanu yazid wa laa yankus. Iman itu kadang bertambah, kadang berkurang, kadang naik, kadang turun. Aku coba merefleksikan iman itu dalam sebuah grafik seperti di bawah ini :

Iman Pertama, turun dan naik berada dalam posisi sama. Naik dan turun hampir sama besar dan cepatnya. Keimanan seperti ini memungkinkan seseorang mendapatkan khusnul khatimah (baik di akhir), bila Allah berkenan mencabut nyawanya pada saat iman sedang naik. Namun bila Allah mencabut nyawanya pada saat imannya turun, maka ia akan mendapatkan su'ul khatimah (jelek di akhir)

Iman Kedua, naiknya sedikit, tapi mudah turun secara drastis. Orang yang memiliki keimanan seperti ini, kemungkinan besar akan meninggal dalam kondisi su'ul khatimah. Wallahualam

Iman Ketiga, naiknya cepat, tapi lambat turunnya dan sedikit. Orang dengan iman konstruktif seperti ini, ketika ketaatannya naik, ia akan merasakan betapa lezatnya keimanan. Namun saat ia terjatuh pada kemaksiatan, ia akan resah dan ingin segera meninggalkan kemaksiatan tersebut.

Yaa muqollibal quluub tsabbit qolbiy ‘alaa diinika wa’ala thoo’atika”..wahai yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku untuk tetap konsisten dalam dien-Mu dan dalam menta’ati-Mu.

Pertanyaannya, bagaimana cara mempertahankan sikap iman ini?