Home | Posts RSS | Comments RSS | Login

janganlah engkau katakan ‘Seandainya...

Monday, November 30, 2009
Pagi ini aku membuka lembaran-lembaran halam salah satu bukuku, mataku tertuju ke salah satu halaman yang menuliskan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam :

Abu Huraira ra. Meriwayatkan “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata “ ….Teruslah memohon pertolongan Allah dan jangan berhenti ,Jika engkau tertimpa suatu musibah, maka janganlah engkau katakan: ‘Seandainya aku lakukan demikian dan demikian, tentu hasilnya akan begini dan begitu, sebaliknya katakanlah “demikianlah Allah menetapkan dan Dia berbuat menurut kehendakNya, kata seandainya itu membuka gerbang menuju (pikiran-pikiran) setan (HR Muslim)

Subhanallah !!, betapa banyak ucapan-ucapan yang di awali dengan “seandainya…” yang telah aku lontarkan selama ini, dan hamper semuanya membawa hatiku menuju ke gerbang (pikiran-pikiran setan). Iya semua itu tanpa sengaja maupun dengan sadar aku ucapkan, khilafku dan ketidaktahuankulah yang membuatku hanyut dalam kebodohan.

Aku jadi ingat, ketika aku gagal melakukan sesuatu atau mendapatkan sesuatu waktu itu, ungkapan “seandainya” kerap terucapkan…

“Seandainya aku tidak ketiduran, tentu saya tidak akan ketinggalan pesawat tersebut”
“Seandainya aku tidak sakit waktu itu, tentu saya mempunyai kesempatan ikut test itu”

“Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahuinya.” (QS. Yusuf: 21)

Subhanallah !!, lagi-lagi di buku tersebut dituliskan firman Allah yang membuatku semakin sadar. Ketika aku gagal atau tidak tercapai keinginanku, sebaiknya hendaklah aku menyandarkan segala urusannya pada Allah karena hanya Dia-lah yang men-takdirkan segalanya. Dan aku harus melatih hatiku untuk tetap selalu menanamkan bahwa Allah mempunyai sifat Iradat (berkehendak) dan Allah itu Muridan yaitu Zat yang Maha Berkehendak.

Mengapa bisa membawa ke gerbang (pikiran-pikiran) setan?
Coba bayangkan lagi!, ketika kita ucapkan “seandainya…” ketika kita gagal mencapai sesuatu yang tidak kita inginkan. Muncul rasa was-was, sedih, timbul penyesalan, dan kegelisahan.Dan tidak menutup kemungkinan lupa akan Allah yang maha mengatur dan menetapkan

Tetapi ada juga kata-kata “seandainya” diperbolehkan, insyaAllah dengan matahati kita bisa melihat dan merasakan mana yang bisa kita ucapkan mana yang tidak perlu kita lakukan,

ucapan ‘seandainya’ digunakan hanya sekedar pemberitaan, memungkinkan untuk kita ucapkan
“Seandainya engkau kemarin menghadiri pengajian, tentu engkau akan banyak paham mengenai jual beli yang terlarang.” karena yang dianggan-angankan adalah hal yang baik-baik atau dalam hal mendapatkan ilmu nafi’ (yang bermanfaat)
“Seandainya aku punya banyak buku, tentu saya akan lebih paham masalah agama”
“Seandainya saya punya banyak harta seperti si fulan, tentu saya akan memanfaatkan harta tersebut untuk banyak berderma.”

Jadi mulai sekarang tidak perlu bersedih, dan tetaplah berdoa kepada Allah dikala kegagalan, keinginan atau ketidakenakan hati itu tidak menghampiri.

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu.” (QS. Al Baqarah: 216)
Seandainya kita memegang sekuntum bunga berduri, dikala itu juga tangan kita terluka kena duri yang tajam dari bunga yang kita pegang. ada dua pilihan yang bisa kita ucapkan
"seandainya saja aku tidak memegang bunga itu, mungkin...." atau
aku cepat bersyukur, lukaku tidak seberapa, dan berharap dibalik semua itu akan menghapus dosa-dosaku

Abu Huraira ra. Meriwayatkan ucapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam "Tidak ada rasa lelah, rasa sakit, stress, cemas, sedih atau cedera yang dialami seorang muslim, bahkan tusukan duri sekalipun, melainkan allah akan menjadikannya sebagai penebus dosa-dosanya" (HR.Muslim).


wallahualam...

Dengarkanlah suara hatimu

Saturday, November 28, 2009
Karena ada kebutuhan untuk pembayaran di suatu bengkel, seorang pria itupun mulai bertanya-tanya “dimana ya ATM terdekat?” ; ada pak di dekat situ kata seorang teknisi bengkel itu dengan ramah. Pria itupun mengucapkan terima kasih kepadanya. Ternyata seorang kasir bengkel itu mendengar percakapan mereka, dan diapun menawarkan kepada pria tersebut, “pak, biar nanti teknisi kami yang antar bapak ke ATM”; "terima kasih bu" ucap pria itu dengan senyum bahagia. Namun dikala menunggu teknisi mengerjakan service mobilnya, suara hati pria mengatakan kepadanya ”kalau engkau diantar oleh teknisi bengkel ini, mungkin akan mengganggu kerjanya, bukankah akan merepotkan mereka dan bisa jadi itu tanpa sepengatahuan pemilik bengkel

Setelah berpikir panjang, akhirnya pria itu beranjak dari duduknya kemudian keluar dari bengkel dan berjalan menghampiri tukang ojeg yang ada didekat situ. Tanpa tawar menawar lagi, pria itu pun minta diantar ke ATM terdekat. Setelah keluar dari ATM pecahan Rp. 50.000, Estimasi pria itu, ongkos ojeg itu Rp 5.000 karena memang jaraknya hanya 200 meter, pria itu berpikir “Hmm apakah tukang ojeg itu mempunya kembalian ya?”, mengingat uang terkecil yang dimilikinya adalah pecahan Rp.50.000.
Sepertinya pria itu berpikir untuk membelanjakan uangnya dengan membeli makanan kecil di warung. Namun apa yang di rasakan, hati nuraninya memanggil “kenapa kau tak berikan saja ongkosnya Rp. 10.000, hitung-hitung memberikan sedekah kepadanya”. Tanpa berpikir panjang pria itu mengikuti hatinya, dia takut panggilan hati itu akan sirna segera. Pria itupun akhirnya menghampiri tukang ojeg itu, “pak, uang saya Rp 50.000, apakah bapak ada kembalian Rp 40.000” ; tidak ada pak jawabnya, hmm pikir pria itu, akhirnya dia putuskan untuk memecah uangnya untuk membeli sesuatu, dan kembali dia hampiri tukang ojeg dan memberikan Rp 10.000 kepadanya. Ucapan terima kasih terdengar dari tukang ojeg tersebut.
Kadang hati nurani memanggil jiwa untuk berbuat baik, namun kadangkala kita sering menggubrisnya, sehingga hati nurani itu sirna seketika. Lain waktu dia kembali datang, lagi-lagi dia dihiraukan. Begitulah kita memberlakukan hati kita. Semua orang mempunyai hati, namun tidak banyak yang bisa mendengarkan suara hatinya. Semua orang punya hati, tidak banyak yang bisa membersihkannya. Semoga kita menjadi manusia yang bersih hatinya ..amien

i am on my way home..

Thursday, November 12, 2009
Assalamualaykum ya akhi ya ukhti
Pagi yang cerah di hari mulia ini tidak salahnya kita kembali mengingat kematian. Terlihat seramkah?, tapi begitulah kenyataannya, kita semua pasti akan menghadapinya.
Kematian datang berulang-ulang, menjemput setiap orang, orang tua maupun anak-anak, orang kaya maupun orang miskin, orang kuat maupun orang lemah. Semuanya menghadapi kematian dengan sikap yang sama, tidak ada kemampuan menghindarinya, tidak ada kekuatan, tidak ada pertolongan dari orang lain, tidak ada penolakan, dan tidak ada penundaan. Semua itu mengisyaratkan, bahwa kematian datang dari Pemilik kekuatan yang paling tinggi. Meski sedikit, tak seorang pun manusia memiliki wewenang atas kematian.
“Kita semua telah meyakini kematian, tetapi kita tidak melihat orang yang bersiap-siap menghadapinya! Kita semua telah meyakini adanya surga, tetapi kita tidak melihat orang yang beramal untuknya! Kita semua telah meyakini adanya neraka, tetapi kita tidak melihat orang yang takut terhadapnya! Maka terhadap apa kamu bergembira? Kemungkinan apakah yang kamu nantikan? Kematian! Itulah perkara pertama kali yang akan datang kepadamu dengan membawa kebaikan atau keburukan. Wahai, saudara-saudaraku! Berjalanlah menghadap Penguasamu (Allah) dengan perjalanan yang bagus”. (Hamid Al Qaishari)
Imam Ibnu Majah meriwayatkan : Dari Al Bara’, dia berkata: Kami bersama Rasulullah saw pada suatu jenazah, lalu Beliau duduk di tepi kubur, kemudian Beliau menangis sehingga tanah menjadi basah, lalu Beliau bersabda: “Wahai, saudara-saudaraku! Maka persiapkanlah untuk yang seperti ini,!” (HR Ibnu Majah, no. 4.190, dihasankan oleh Syaikh Al Albani).
(al manhaj.or.id)
Demikian sedikit tentang dzikrul maut, semoga bermanfaat. Persiapkanlah diri kita menghadapi kematian begitu juga aku masih perlu membenah diri untuk menyiapkan segala perbekalannya. Semoga kita semua bisa belajar dari sekitar, mengambil hikmah dari kejadian-kejadian yang kita dengar yang kita lihat.
I hear the wind , called my name ..the sound that leads me home again
i will always return...I know the road is long ..i'll find the way..Yes i am on my way home....

Mencoba meluangkan waktu tidak menunggu waktu luang tiba

Monday, November 9, 2009

Terasa waktu berlalu dengan cepat, kadang tanpa terasa adzan ashar telah berkumandang, padahal perasaan baru saja menyelesaikan sholat dzuhur berjamaah di awal waktu. Iya, waktu memang berjalan cepat baik kita sadari maupun tanpa kita sadari.  Sepertinya baru kemarin melihat panitia kurban menyembelih hewan kurban dan membagi-bagikannya, dan sepertinya baru beberapa bulan yang kita menyambut teman-teman kita kembali dari tanah suci. Tapi lihatlah, tak di sangka waktu berjalan cepat, terlihat tenda-tenda tempat penjualan hewan mulai bertumbuhan di pinggir-pinggir jalan. Barusan  teman-teman yang mendapat panggilan ke tanah suci sudah mulai pamitan untuk berangkat ke tanah suci. Hmm..waktu memang berjalan dengan cepat.


Aku coba melihat diriku..sampai saat ini belum banyak yang telah aku perbuat untuk membenahi diriku sendiri, keluarga, saudara, apalagi untuk agama ini..astaghfirullah. Mungkin aku termasuk orang-orang yang hanyut dalam kesibukan dunia. Mencoba membangkitkan semangat untuk memanfaatkan waktu untuk berbuat lebih baik kepada orang lain dan mempelajari agama ini serta mengamalkannya, sehingga apa yang dilakukan berdasarkan ilmu yang benar sesuai dengan perintahNya dan sunnah Rasulullah saw. 


Sepanjang hari belakangan aku mulai berpikir, waktuku sepertinya tak banyak, kalo aku menunggu luang kok sepertinya tidak kunjung tiba. Padahal waktu yang ada adalah milik kita sepenuhnya. Seperti petunjuk hikmah yang diberikanNya kepadaku dari ucapan Baltasar Gracián seorang penulis spanyol di era 1650an. Ucapannya aku coba kutipkan seperti ini 


“yang benar-benar kita miliki saat ini hanyalah waktu, bahkan orang yang tidak punya apa-apa pun memiliki waktu”


Kalau di baca dan diresapi, benar yang dikatakan Gracian. Waktu selalu ada untuk kita, masalahnya harus kita apakan waktu yang ada, harus kita manfaatkan untuk apa waktu kita. Dan sisi lain waktu terus berjalan tidak menghiraukan orang-orang yang mau atau tidak memanfaatkannya.


Akupun kembali bertekad untuk meluangkan waktu yang ada dan tidak menunggu waktuku luang. Walau kenyataannya? Waktu yang aku sisihkan sedikit itupun sering terlalaikan dengan begitu saja. Masih kalah penting dengan urusan lain yang lagi-lagi untuk mengurusi kepentingan dunia ini… astaghfirullah kembali terucap dalam hati memohon ampun. “Aku harus lebih membulatkan tekadku” pikirku lagi


Alhamdulilah..temuan tulisan di buku bacaan sedikit memberikan pencerahan, yaitu tulisan iman al Hasan-al Basri seorang ulama yang wafat 101H. Beliau mengatakan :


Di awal setiap hari, berkumandanglah seruan “ Wahai anak adam aku ini ciptaan baru dan saksi bagi perbuatanmu maka manfaatkanlah aku dengan baik karena bila aku melintas, aku tidak akan kembali sampai hari kebangkitan. tAku adalah waktu yang kau miliki.


Subhanallah..kesalahan telah terjadi dalam hidupku. Aku belum bisa memanfaatkan waktu yang ada. Lihatlah dan cermatilah!, kenapa teman-teman kita masih mempunyai waktu untuk belajar bahasa arab, menyempatkan diri untuk belajar baca Al Quran, menghapal surat-surat Al Quran, menyempatkan diri untuk ikut pengajian di berbagai tempat dan semua mereka lakukan dengan konsisten. Begitu juga yang di kanto, mereka bisa menyelesaikan tugas kantornya dengan cepat, bisa menyelesaikan pendidikan non formal sebagai pelengkap dengan menyisihkan waktu kerjanya dengan baik. Sedangkan aku? aku masih belum optimal memanfaatkan waktuku...lihat saja pelajaran bahasa arabku yang sudah 9 kali pertemuan, 4 pertemuan di antaranya terlewatkan olehku. Berapa masa hidupku untuk bisa berbuat baik kepada orang lain? Hmm akupun tidak bisa menjawab. Bagaimana aku bisa menciptakan “atsar”-kenangan mulia setelah aku mati nanti. Padahal umurku mungkin tak panjang. 


Ya Allah kuatkanlah tekadku, aku belum bisa istiqomah dijalanMu. Berikanlah kemudahan kepada hambaMu dan jangan Kau sempitkan hidupku. Semoga aku tidak termasuk orang yang melewatkan karuniaMu seperti yang pernah disampaikan Rasulullulah saw 


“Abdullah bin Abbas meriwayatkan bahwa nabi Muhammad saw berkata “ada dua karunia yang dilewatkan banyak orang, yaitu kesehatan dan waktu bebas untuk berbuat kebaikan” (HR Al Bukhari)

Bersyukurlah masih ada yang menasihatiku

Sunday, November 1, 2009
Kuakui beberapa hari ini aku kesulitan untuk menuangkan ide dan hikmah yang kudapatkan, baik karena waktu yang tidak pernah ada maupun kemampuan untuk mencari kata-kata. Hari ini, sepertinya Allah kembali memberikan sedikit pemahaman kepadaku dan kemampuan untuk kembali bisa menulis.

Dalam perjalanan ke toko buku yang telah aku dan keluarga jadwalkan 1 (satu) minggu lalu, aku menggunakan jalan tol dalam kota Jakarta untuk mempersingkat waktu. Terlihat jalanan sepi dari kendaraan karena kebetulan memang hari ini adalah hari Ahad (minggu). Kecepatan kendaraan di jalan tol saat itu cukup tinggi, saling mendahului satu sama lain, walau ada beberapa kendaraan yang tetap berjalan santai di jalurnya. Kendaraanku termasuk yang lupa diri dengan keselamatan, memacu kendaaraan dengan cepat. Untunglah aku sempat tersadar ketika tiba di tempat dimana aku pernah mengalami tabrakan beruntun di sana, akupun mengurangi laju kendaraanku.

Dalam catatan kecelakaan jalan tol, jumlah kecelakaan memang cukup tinggi. Tapi lihatlah, ketika ada kesempatan para pengemudi itu (termasuk aku tentunya he..he.he) mengabaikan batas kecepatan kendaraannya. Padahal rambu-rambu cukup banyak di pasang di pinggir jalan tol. Kurangi kecepatan!!, kecepatan maximum 80km/jam!!, jangan gunakan bahu jalan!!, banyak lagi rambu-rambu jalan yang selalu diabaikan.

Iya benar, kita selalu melupakan dan mengabaikan rambu-rambu itu, namun Allah masih sayang sama kita. Walau kita malas melihat rambu-rambu itu, walau kita malas membacanya, masih ada orang lain yang selalu mengingatkan kita atau sesuatu yang mengingatkan.

Dalam kehidupan ini mungkin mirip seperti apa yang telah terjadi di jalan tol itu. Allah telah memberikan rambu atau peraturan untuk menjalankan kehidupan ini dengan Al Quran dan Hadits Rasulullah saw. Tapi, lihatlah tidak sedikit orang yang mengabaikannya. Tapi Allah dengan sifatnya masih menyayangi kita. Dia memberikan jaminan kebaikan kepada manusia-manusia yang beriman untuk memberikan peringatan kepada yang lain.

“Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran (QS 103 Al Ashr 2-3)”

Artinya, sekarang jadilah bagian dari orang-orang yang diberikan kebaikanNya dengan memberikan peringatan kepada orang lain karena masih banyak saudara kita yang telah melupakan rambu-rambu Allah. Termasuk kita sendiri, bedanya kita mempunyai kekuasaan untuk merubah diri kita sendiri dan tentu ada kemauan besar untuk memperbaikinya.

Jika ada seorang polisi yang memberhentikan kendaraan kita, kemudian memberikan peringatan kepada kita bahwa kita telah melanggar rambu-rambu lalu lintas. …maka bersyukurlah masih ada yang ingin mau bersusah payah mengingatkan/menasehati, mungkin sebenarnya Allah telah mengirimkannya untuk kita?, karena Allah menyayangi kita dan tidak ingin kita “menyetir kendaraan” yang akan membahayakan diri kita sendiri bahkan orang lain...insyaAllah kita bisa merenungkannya.